Selasa, 01 Mei 2007

HAKIM

Panas sekali hari ini. matahari begitu terik menyilaukan. tidak seperti hari-hari lain. hari ini matahari seperti ingin menunjukkan kuasanya agar semua makhluk dimuka bumi merasakan panasnya. tak kecuali Dini. dia merasa seperti di neraka. walaupun dia belum pernah dn berharap tidak akan pernah kesana. dia hanya tahu dari guru ngajinya waktu kecil bahwa neraka itu panas. dia belum pernah bertemu dengan orang yang pulang dari neraka dan berkata bahwa neraka itu memang panas. kadang dia berpikir bagaimana kalau ternyata neraka itu dingin seperti es. bek usebeku bekunya beku. membuat segala yang masuk atau dimasukkan kedalamnya jadi beku. namun dia tidak terlalu ambil pusing dengan hal itu. masalah neraka biar menjadi urusan ustadz atau para tua bangka yang uzur dan bau tanah saja. yang pasti hari ini memang kelewat panas. apalagi buat kulitnya yang halus.
Ini kali pertama dia kepasar loak. tidak seperti supermarket atau mall yang nyaman dan sejuk yang biasa dia kunjungi. pasar ini begitu pengap. penuh sesak. berdebu dan kotor. ingin rasanya dia putar haluan berbalik arah dan pulang kerumah. rumah, Dini jadi ingat kamarnya yang nyaman ber AC. seperai putih dan kasur empuk. nonton film, mendengarkan musik atau sekedar membaca majalah mode melihat-lihat model pakaian terbaru sambil minum jus apel kesukaannya yang bisa dia minta pda pembantu melalui telepon yang tersambung paralel keseluru bagian rumah termasuk dapur tempat pembantu berada. tanpa harus turun dari tempat tidur. alangkah nikmatnya membayangkan itu semua. apalagi setelah memandang sekilas wajahnya di kaca spion tengah mobil. kulit wajah yang begitu halus dan lembut. hasil kerjasama antara jus buah yang diminum tiga kali sehari. kosmetik dari berbagai merk dan negara serta mandi susu dua kali seminggu. Dini memang bukan seperti orang-orang yang berada di pasar loak itu yang menjadikan susu sebagai barang mewah. bahkan walau untuk sekedar diminum. bagi Dini susu bukan sekedar pelengkap menu empat sehat agar sempurna jadi lima. tapi lebih dari itu. susu bisa digunakan untuk pembasuh tubuh dn setelah itu dibuang. tapi dia harus membeli barang itu. dan hal ini membuatnya tersiksa.
dengan malas dipaksakannya dirinya turun dari mobil. sambil menjijing tas kecil yang biasa dia bawa kemana-mana. dia berjalan menyusuri pasar itu. orang begitu ramai berdesakan. suara teriakan para penjual buah yang meneriaki setiap orang yang lewat seperti meneriaki maling membuat kepalanya jadi tambah pusing. sudah setengah jam lebih dia berputar mengitari pasar. tapi barang yang dia cari belum juga dapat. dia bertanya hampir kesetiap toko. tapi sia-sia. dia berhenti sejenak. melihat sekeliling. menakar dimana kira-kira toko yang menjual barang tersebut. namun tiba-tiba matanya berpapasan dengan mata lain. mata seorang elaki yang menatapnya begitu dalam. Dini mengalah. dia berpaling dari mata lelaki itu. dilanjutkannya pencarian. tapi hatinya mulai resah. dia teringat pesan temannya agar hati-hati kalau kepasar loak. disana banyak maling. tas kecil yang dia bawa diapitnya lebih kuat. dia sudah sangat lelah. akhirnya diputuskannya untuk pulang saja. saat berbalik arah Dini kaget. lelaki yang memandangnya tadi sudah berada tepat dihadapannya. Dini panik. dia gugup dan...
"maliiinggg....!" Dini berteriak sekencang mungkin. dalam sekecap orang-orang yang berada disekitar itu berkerumun menghampirinya.
"mana..mana, mana malingnya?" tanya mereka pada Dini.
"itu!" spontan dia menunjuk lelaki itu.
lelaki yang ditunjuk Dini sebagai maling itu langsung kelagapan. lelaki itu berusaha untuk lari tapi sia-sia. kerumunan orang tadi sudah lebih dulu menagkapnya dan langsung memberikan pukulan mulai dengan tangan, kaki hingga balok mendarat dikepala lelaki itu. daraqh mengalir disekujur tubuhnya. bahkan mukanyapun hampir tak dapat dikenali lagi. orang-orang yang memukulinya lebih beringas dari macan yang dapat mangsa setelah tidak makan selama berbulan-bulan. bahkan setanpun akan gematar meihat wajah mereka. timbul juga rasa kasihan dihati Dini. dia berusaha melerai dan mendekati lelaki itu. mulut lrelaski itu bergetar seperti hendak mengatkan sesuatu. Dini menjongkok dan mendekatkan telinganya kemulut lelaki itu. sayup-sayup Dini mendengar ucapannya
"ini dompet mbak.." lelaki itu menjulurkan tangannya dan menyerahkannya pada Dini.
"say..a..men..jatuh..diparkir.." lelaki itu mejelaskan dengan suara putus-putus karena menahan rasa sakit. Dini tiba-tiba teringat waktu dia turun dari mobil. Dia begitu tergesa-gesa saat mengambil tas kecil yang didalamnya ada dompet. dia menarik tas itu begitu saja hingga menghantam tepi pintu mobilnya. seketika tulangnya terasa lemas. tak henti Dini mengucap maaf pada lelaki itu. tapi sia-sia. lelaki itu menghembuskan nafas terakhirnya di pangkuan Dini. dia menangis. dini begitu menyesal. dia merasa telah menjadi hakim yang menjatuhkan vonis hukuman mati pada orang yang tidak bersalah. pada lelaki yang disebut maling bukan karena dia memang maling, tapi karena di teriaki sebagai maling. dan dialah yang meneriaki itu. tubuh Dini terasa kaku. dunia dilihatnya mulai terasa gelap. hanya air mata yang jatuh membasahi pipinya yang halus itu sebelum akhirnya dia pingsan tak sadarkan diri.